Rabu, 02 Maret 2016

Pembagian Waktu

Saya bukan sosok yang baik dalam membagi waktu. Meskipun secara teori saya memahami bagaimana menempatkan prioritas agar waktu tetap termanfaatkan dengan baik.

Seperti tulisan singkat yang saya buat saat ini.

1 jam sebelum kedai kopi milik saya buka.

Jumat, 11 September 2015

Mengenal Diri Sejak Dini



Rasanya berbagai macam quotes, psikolog, dan banyak literatur sudah mengatakan untuk mengerjakan sesuatu yang disukai. Jangan sampai menyesal di kemudian hari. Anehnya, sampai hari ini masih banyak ditemui orang yang ragu untuk mengikuti passion. Alasannya bermacam-macam, seperti bidang yang digeluti tidak keren, gajinya kecil, masa depannya tidak pasti dan beragam alasan lainnya.

Sebenarnya mencoba suatu hal yang baru  memang bagus. Namun, jangan sampai lupa kalau bidang yang kita geluti tersebut akan melekat dalam diri kita selamanya. Apa kita memang siap mengerjakan sesuatu yang tidak kita sukai seumur hidup? Rasanya jika bukan karena uang, tidak banyak orang yang aka melakukannya.

Itulah mengapa, alangkah baiknya jika kita mengenali diri kita sendiri mulai dari sekarang. Terkadang semua yang kita lakukan sejak kanak-kanak merupakan petunjuk mengenai minat dan bidang pekerjaan yang cocok untuk kita geluti. Ada beberapa tips yang bisa kita lakukan untuk mengenali diri kita sendiri :


  1. Coba ingat-ingat, pelajaran apa yang paling kita gemari saat bersekolah. Bukan yang nilainya paling tinggi, tapi apa yang membuat kita menjadi penasaran.
  2.  Hobi apa yang sejak kecil Anda gemari dari kecil hingga saat ini
  3. Jika ingat poin nomor satu dan dua, coba perhatikan sekeliling kita, apakah yang kita kerjakan berhubungan dengan yang kita sukai tersebut.
  4.  Jika sulit, psikotest bisa dijadikan pertimbangan. Hanya saja, hasil psikotest yang dijadikan acuan adalah yang bersifat deskripsi diri. Karena kalau secara numerik/angka, biasanya itu bisa berubah

Begitulah tips yang bisa dibagikan dalam tulisan ini. Meskipun bukan melalui sebuah penelitian, namun pengalaman ini bisa dijadikan acuan dalam menggeluti bidang pekerjaan yang Anda sukai. Semoga bermanfaat!  

Selasa, 08 September 2015

Mereduksi Jumlah Kendaraan

Jika ada pertanyaan kepada warga Jakarta seperti, “Bagaimana tingkat kemacetan di Jakarta saat ini?”. Sepertinya semuanya akan memberikan jawaban yang sama, yaitu “parah”. Bagaimana tidak, suatu jalan protokol yang notabene hanya membutuhkan hitungan menit bisa mencapai satu jam bahkan lebih jika sedang memasuki jam sibuk.

Rasanya pergantian gubernur sudah terjadi dalam beberapa periode, namun solusi yang diimplementasikan tidak juga memberikan pengaruh yang signifikan. Pada dasarnya ada empat faktor utama yang menjadi biang kemacetan. Faktor tersebut adalah kondisi jalan, jumlah kendaraan, kondisi angkutan umum yang ada, dan perilaku masyarakat pengguna angkutan.

Panjang jalan, perilaku masarakat dan kondisi angkutan umum bisa diubah, hanya saja memerlukan waktu dan biaya yang besar. Hal paling mungkin untuk dilakukan adalah pengurangan jumlah kendaraan. Ini merupakan salah satu cara efektif dilaksanakan melalui peraturan daerah dan law enforcement. Ketegasan gubernur DKI Jakarta diyakini mampu merealisasikan ini.

Terdapat dua cara yang bisa dilakukan. Kedua cara ini pernah dilakukan sebelumnya, namun sepertinya belum direalisasikan secara optimal. Cara-cara tersebut adalah :

  1. Menggunakan sistem ganjil genap. Cara ini pernah dikaji tapi penentangnya cukup banyak. Padahal metode ini diyakini akan mengurangi jumlah kendaraan sampai 42%. 
  2. Mengatur jadwal kerja. Pengaturan ini berdasarkan status pengguna jalan (pegawai, anak sekolah, dan wiraswasta), wilayah (jumlah penduduknya) dan kondisi pemukiman.



Memang sebelummnya perlu dilakukan survey dulu sebelum membuat Peraturan Daerah seperti itu sebagai dasar pemikiran yang kuat. Peran Kepolisian di sini sangat penting sekali sebagai optimalisasi peraturan ini. Baik itu pada saat sosialisasi atau saat peraturannya resmi berjalan agar para pelanggar lalu lintas bisa langsung ditindak. Tentu saja dengan menambah jumlah personil kepolisian yang bertugas, terutama pada jam sibuk. Sehingga peraturan daerah bisa diterapkan, karena memiliki law enforcement yang kuat.

Kamis, 06 Agustus 2015

“Menggarap” Borneo [TERIOS]


Membaca judul “Borneo Wild Adventure” di log.viva.co.id membuat pikiran saya melayang pada tahun 1993-1997 saat ikut orang tua berdinas di Balikpapan, Kalimantan Timur. Meskipun memori tersebut sudah banyak yang terlupakan, namun beberapa hal masih saya ingat. Contohnya seperti pantai Manggar, Balikpapan. Tampilan yang eksotis memang banyak ditemui di negara Indonesia. Namun, Kalimantan selalu menyimpan ciri khas tersendiri. Saya ingin sekali menuangkannnya dalam tulisan ini, namun sulit karena hanya menggunakan memori saat masih kanak-kanak. Saya cuma bisa berharap suatu saat bisa kembali untuk menikmati keindahan alami di pulau Borneo.


Sampai akhirnya saat sedang menyelami timeline di Twitter, secercah harapan muncul. Terios Seven Wonders Borneo Wild Adventure menjadi peluang saya untuk menjajaki Kalimantan lebih luas. Suatu hal yang belum sempat saya lakukan saat masih kecil. Palangkaraya, Keruing, Pulau Kaget, Amuntai, Samarinda, Kutai, dan Maratua adalah daerah-daerah yang hanya saya dengar saat pelajaran Geografi. Bahkan kota Balikpapan yang pernah saya tinggali saat kecil hanya sedikit yang bisa diingat. Namun itu menjadi suatu motivasi bagi saya untuk mencoba peruntungan ini. Meskipun begitu, berbicara alam liar di Kalimantan, tentu tidak banyak yang saya tahu, karena hidup saya saat kecil dulu lebih banyak dihabiskan di komplek rumah dan sekolah.

Baiklah, saya menyisihkan waktu saya untuk berselancar di dunia maya untuk mencari informasi mengenai tempat-tempat yang bisa saya kunjungi. Dimulai dari Palangkaraya, ibukota dari Kalimantan Tengah. Kota ini sempat ramai dibicarakan di pusat karena ada wacana pemindahan ibukota (yang entah bisa atau tidak terealisasi). Namun,kita tentu tidak akan membahasnya di sini. Kembali ke alam liar, di salah satu laman internet ada yang disebut bukit Tangkiling. Bukit yang bisa didaki dalam waktu 45 menit ini sangat menarik bagi para penggemar hiking. Kemudian bisa juga bersantai taman nasional Sebangau. Selain itu bisa sekaligus melihat-lihat satwa Orang utan di Aburetum Nyaru Menteng.

Selanjutnya adalah desa Keruing. Tidak banyak yang saya tahu tentang daerah ini, namun ada yang menyebutnya ini merupakan salah satu lokasi yang menjadi habitat asli dari orang utan. Mungkin ini baru bisa dijawab jika saya ke sana langsung.

Kemudian pulau Kaget, sebuah cagar alam di Provinsi Kalimantan Selatan. Ini merupakan daerah yang menjadi sumber pohon Rambai Padi, yang biasa dikonsumsi oleh Bekantan. Pulau Kaget juga menjadi habitat asli dari Bekantan, jika Anda tidak mengetahui bentuknya, mungkin bisa mengingat-ingat maskot berbentuk hewan berhidung panjang suatu taman bermain di bilangan Jakarta Utara. Sayangnya kondisi pulau Kaget ini cukup kritis mengingat banyak terjadi penebangan pohon.

 Bergeser sedikit ke hulu sungai selatan, ada sebuah daerah yang disebut Kandangan. Berdasarkan info yang diperoleh saat berselancar di internet, ternyata lokasi ini cukup banyak tempat wisata dan kuliner khas. Tapi jika berbicara alam liar, saya menduga destinasinya akan ke gunung batu bini dan gunung batu laki. Tempat ini sepertinya menarik dan eksotis untuk dinikmati bersama-sama. Untuk permainan, bamboo rafting sepertinya pilihan yang cukup menarik.

Masih di Kalimantan Selatan, namun bergeser ke hulu sungai utara. Kabupaten yang berjarak 190 Km (menurut salah satu website) dari Banjarmasin ini terkenal dengan perkampungan tua Alabio dan hutan Rawa. Alabio terkenal dengan itik budaya yang masih jenaka. Daerah ini dikelilingi anak-anak sungai dan rawa. Memang unik sekali, karena kita bisa menemukan pemukiman di tengah-tengah rawa. Terdengar misterius, tapi bagi para petualang tentu ini menjadi tujuan wisata yang sangat menarik.

Selanjutnya adalah Balikpapan, kota yang saya huni saat masih kecil. Saat kecil yang saya tahu adalah daerah ini banyak diisi oleh orang-orang yang bekerja di eksplorasi minyak. Sementara wisatanya, tidak banyak yang saya ketahui. Hasil temuan saya di internet, menunjukkan bahwa hutan bakau termasuk salah satu lokasi alami yang bisa dikunjungi. Tempat wisata menarik lainnya adalah penangkaran buaya di Teritip. Tentu penangkaran seperti ini akan jarang ditemui di daerah perkotaan. Tapi tidak dengan Balikpapan rupanya (sedikit geli saat menulis ini, karena tidak banyak yang saya ketahui sebagai eks penghuni).

Berikutnya bergeser ke ibukota Kalimantan Timur, yaitu Samarinda. Kota dengan jumlah penduduk terbesar di Kalimantan ini dibelah oleh sungai yang disebut Mahakam. Di Samarinda ada lokasi yag disebut Kebun Raya Samarinda yang biasa dijadikan perkemahan. Tempat ini cocok bagi wisatawan yang ingin menikmati pemandangan asli dari hutan Kalimantan. Tentu saja ini bisa jadi nominasi destinasi dari "Borneo Wild Adventure".

Kemudian memasuki daerah Kutai, tepatnya Taman Nasional Kutai. Lahan yang sering menjadi konflik kepentingan sejak zaman Hindia Belanda, dikenal dengan vegetasi hutan Mangrove dan habitat orang utan, beruang madu, dan Kancil. Suasana alam yang masih sangat alami akan semakin terasa meski sudah terdapat pemukiman di sana.

Terakhir adalah pulau yang sangat indah, yaitu Maratua. Maratua merupakan salah satu bagian dari kepulauan Derawan. Dikelingi pantai yang eksotis, snorkeling dan diving merupakan pemandangan yang sering ditemui. Tampilan yang luar biasa membuat Maratua menjadi salah satu pulau yang paling sering dikunjungi oleh para wisatawan yang ingin menikmati alam Indonesia yang masih sangat natural.

Pertanyaannya, bagaimana melewati semua medan tersebut? Apalagi jika berbicara tentang jalur yang panjang dan penuh dengan daerah yang alami. Tentu saja diperlukan sebuah transportasi yang cocok untuk menempuh track seperti itu. Rasanya tidak perlu membantah lagi jika Daihatsu New Terios merupakan transportasi yang paling cocok untuk itu. Dengan tagline “Play your wild side”, Terios menunjukkan bahwa kendaraan ini memang didesain untuk menempuh perjalanan di alam liar dengan jarak yang panjang.

Terios merupakan salah satu mobil yang hemat BBM. Jarak 12 Km cukup membutuhkan satu liter bensin saja. Sehingga, logikanya jarak jauh yang ditempuh tidak akan menimbulkan masalah meskipun jumlah SPBU minim. Kenyamanan penumpang terios yang berjumlah tujuh orang ini juga tidak diragukan karena memiliki suspensi yang nyaman dan ditambah dengan fasilitas interior dan ekseterior yang menawan.

Perjalanan Borneo Wild Adventure ini dipastikan akan menjadi suatu pengalaman yang tidak akan terlupakan. Selain menikmati pemandangan alam, kita juga akan dibuat bersyukur dengan keindahan yang diciptakan Tuhan untuk Indonesia. Apalagi jika perjalanan ini dilengkapi dengan kendaraan SUV, yaitu Daihatsu New Terios yang sangat cocok untuk dipakai berpetualang di medan yang sulit dan masih sangat alami.

Sumber Foto





Senin, 03 Agustus 2015

Penyelewengan Berita Populer

SUmber foto Seperti yang kita ketahui, belakangan ini sedang ramai pemberitaan soal kasus suap hakim. Kasus ini banyak melibatkan nama-nama tenar seperti pengacara, OC Kaligis dan gubernur Sumatera Utara, Gatot Pujo Nugroho. Pada akhirnya, 3 Agustus 2015, Gatot dan Evy Susanti ditahan oleh KPK. Evy diketahui sebagai istri muda dari Gatot. Sementara istri pertamanya bernama Sutias Handayani, yang mendampinginya dengan setia saat melaksanakan kampanye menuju Sumut 1. Kondisi ini ternyata mengundang banyak komentar "nyinyir" dari masyarakat, terutama Netizen di sosial media. Istri kedua dianggap membawa musibah bagi Gatot, sehingga seolah ada usaha menggeneralisir bahwa istri kedua seperti membawa malapetaka. Tentu saja hal ini akan menyinggung-nyinggung masalah poligami yang dikhawatirkan akan berakhir dengan debat agama. Saya bukan seseorang yang mendukung atau bercita-cita untuk poligami. Namun, jika pemberitaan seperti ini dijadikan senjata untuk menyudutkan suatu kelompok, maka ada baiknya hal ini diluruskan. Kejadian seperti ini bisa menimpa siapa saja, baik pelaku poligami maupun monogami. Jangan seolah-olah kebetulan seperti ini dibuat menjadi opini bahwa ditangkapnya Gatot merupakan azab akibat membagi hati pada dua orang wanita. Pada dasarnya suatu kejadian buruk yang menimpa tergantung dari moral manusianya. Sehingga memvonis seseorang akibat suatu hal yang tidak ada hubungannya dengan kejadian yang menimpanya akan membuat kita terlihat tidak berpendidikan. Semoga kita bisa lebih bijak lagi dalam berkomentar.

Selasa, 23 Juni 2015

Selalu Lupa

Finally blog yang gak terurus ini kembali saya isi, hehehe Agak malu juga sama blogger lain yang selalu update memberikan konten-konten yang menarik. Sementara yang saya buat di sini kebanyakan cuma curhatan dan tugas-tugas. Ya, mau gimana lagi, kadang mood dari seeorang emang bisa timbul dan tenggellam begitu saja. Sampai sekarang proyek cerpen yang dibuat sama temen aja belum rampung. Banyak sih yang meu diceritain, tapi nanti deh, yang penting ngisi dulu, hehehe. See you really soon guys..

Selasa, 13 Agustus 2013

Suka Mainstream? Apa Salahnya???

Kalau bagi para aktifis di forum-forum dunia maya mungkin sudah sering melihat adanya pertentangan dari kelompok orang yang membenci sesuatu yang bersifat mainstream. Mulai dari masalah musik, film, fashion, dan lain-lain. Upps, sebelum lebih jauh, apakah kawan-kawan sudah tahu apa itu mainstream? Okay, saya akan mengambil intisarinya saja bahwa mainstream itu semacam ikut arus. Sesuatu yang lagi ngetrend, pasaran, dan sangat umum di masyarakat. Misalnya kalau musik ya nuansa melayu, keberadaan girlband dan boyband, dan tema cinta. Kalau teknologi misalnya penggunaan blackberry messenger atau jejaring sosial yang tiap musimnya berganti (friendster to facebook, facebook to twitter, twitter to line, path, etc). Sementara film-film contohnya seperti fans-fansnya film "Habibie Ainun" atau kalau jaman dulu "Ada Apa dengan Cinta". Sementara lawannya adalah hipster. Sesuatu yang tidak umum dan selalu memiliki gaya yang berbeda. Kalau bicara musik misalnya keberadaan band-band indie. Kalau bicara fashion mungkin para penganut hipster tidak akan menggunakan pakaian seperti layaknya artis televisi. Bisa saja, yang mereka pakai adalah fashion ala 80an, 70an, atau bahkan fashion yang mereka cipatkana sendiri. Biasanya yang seperti ini akan bilang,"Ini bukan ketinggalan zaman, kita cuma ga mau aja bergaya mainstream," ujar para hipster. Hmm, fair enough.. Nah, saya melihat ada kecenderungan yang mengatakan bahwa penggemar mainstream itu kampungan, tunduk pada pasar, dan tidak memiliki idealisme. Para penganut mainstream ini sering diejek sebagai "alay" juga. Okay, mungkin sebagian dari kalian akan berkata, "wah author berarti penganut mainstream!" Bisa jadi ada kecenderungan ke sana, tapi bukan berarti saya tidak menyukai sesuatu yang berbau indie. Kalau mau bukti saya lebih suka mengumpulkan CD band-band indie daripada CD para musisi yang sudah dikenal masyarakat. Sebetulnya semua ini kan masalah selera. Jika pasar memang menginginkan suatu genre, maka terimalah. Toh pasar tidak mewajibkan semua konsumen untuk menyukai sesuatu yang ngetrend. Biasanya hal ini sangat penting di kalangan anak muda yang sedang bergairah dalam masalah idealisme. Tidak heran banyak cibiran bagi para penggemar K POP, atau kalau di Indonesia para fans Cherrybelle, Sm*sh, Coboy Junior, dan JKT 48. Pada dasarnya hal itu tidak usah terlalu dirisaukan, karena sekali lagi, selera. Ada yang bilang kalau banyak hal yang mainstream membodohi masyarakat dengan tema-tema mereka yang itu-itu saja. Hmm. sebenarnya ini adalah sesuatu yang klise, karena bagi saya semua lirik itu sama saja. Band-band indie pun kadang menyanyikan sebuah lirik yang tidak saya pahami. Ingatlah bahwa suatu industri membutuhkan output yang jelas. Jika tujuannya uang, ya itulah yang diperoleh. Jika kepuasan, maka itulah yang harus dicapai. Setahu saya para penggiat indie baik film, musik, maupun fashion tidak menargetkan sesuatu berlandaskan uang. Lalu kenapa para fanboynya malah mengeluh dan nyinyir bahwa para idolanya itu harus lebih diperhatikan? Okay, karena tulisan ini terlalu umum saya tidak akan membuat sebuah benang merah. Karena yang menentukan adalah Anda sendiri. Ingin menjadi mainstream atau hipster? Cuma ada sebuah kalimat yang mungkin bisa jadi renungan para mainstream haters : "Like mainstream, because hate mainstream is too mainstream" picture : kapanlagi.com