Jumat, 11 September 2015

Mengenal Diri Sejak Dini



Rasanya berbagai macam quotes, psikolog, dan banyak literatur sudah mengatakan untuk mengerjakan sesuatu yang disukai. Jangan sampai menyesal di kemudian hari. Anehnya, sampai hari ini masih banyak ditemui orang yang ragu untuk mengikuti passion. Alasannya bermacam-macam, seperti bidang yang digeluti tidak keren, gajinya kecil, masa depannya tidak pasti dan beragam alasan lainnya.

Sebenarnya mencoba suatu hal yang baru  memang bagus. Namun, jangan sampai lupa kalau bidang yang kita geluti tersebut akan melekat dalam diri kita selamanya. Apa kita memang siap mengerjakan sesuatu yang tidak kita sukai seumur hidup? Rasanya jika bukan karena uang, tidak banyak orang yang aka melakukannya.

Itulah mengapa, alangkah baiknya jika kita mengenali diri kita sendiri mulai dari sekarang. Terkadang semua yang kita lakukan sejak kanak-kanak merupakan petunjuk mengenai minat dan bidang pekerjaan yang cocok untuk kita geluti. Ada beberapa tips yang bisa kita lakukan untuk mengenali diri kita sendiri :


  1. Coba ingat-ingat, pelajaran apa yang paling kita gemari saat bersekolah. Bukan yang nilainya paling tinggi, tapi apa yang membuat kita menjadi penasaran.
  2.  Hobi apa yang sejak kecil Anda gemari dari kecil hingga saat ini
  3. Jika ingat poin nomor satu dan dua, coba perhatikan sekeliling kita, apakah yang kita kerjakan berhubungan dengan yang kita sukai tersebut.
  4.  Jika sulit, psikotest bisa dijadikan pertimbangan. Hanya saja, hasil psikotest yang dijadikan acuan adalah yang bersifat deskripsi diri. Karena kalau secara numerik/angka, biasanya itu bisa berubah

Begitulah tips yang bisa dibagikan dalam tulisan ini. Meskipun bukan melalui sebuah penelitian, namun pengalaman ini bisa dijadikan acuan dalam menggeluti bidang pekerjaan yang Anda sukai. Semoga bermanfaat!  

Selasa, 08 September 2015

Mereduksi Jumlah Kendaraan

Jika ada pertanyaan kepada warga Jakarta seperti, “Bagaimana tingkat kemacetan di Jakarta saat ini?”. Sepertinya semuanya akan memberikan jawaban yang sama, yaitu “parah”. Bagaimana tidak, suatu jalan protokol yang notabene hanya membutuhkan hitungan menit bisa mencapai satu jam bahkan lebih jika sedang memasuki jam sibuk.

Rasanya pergantian gubernur sudah terjadi dalam beberapa periode, namun solusi yang diimplementasikan tidak juga memberikan pengaruh yang signifikan. Pada dasarnya ada empat faktor utama yang menjadi biang kemacetan. Faktor tersebut adalah kondisi jalan, jumlah kendaraan, kondisi angkutan umum yang ada, dan perilaku masyarakat pengguna angkutan.

Panjang jalan, perilaku masarakat dan kondisi angkutan umum bisa diubah, hanya saja memerlukan waktu dan biaya yang besar. Hal paling mungkin untuk dilakukan adalah pengurangan jumlah kendaraan. Ini merupakan salah satu cara efektif dilaksanakan melalui peraturan daerah dan law enforcement. Ketegasan gubernur DKI Jakarta diyakini mampu merealisasikan ini.

Terdapat dua cara yang bisa dilakukan. Kedua cara ini pernah dilakukan sebelumnya, namun sepertinya belum direalisasikan secara optimal. Cara-cara tersebut adalah :

  1. Menggunakan sistem ganjil genap. Cara ini pernah dikaji tapi penentangnya cukup banyak. Padahal metode ini diyakini akan mengurangi jumlah kendaraan sampai 42%. 
  2. Mengatur jadwal kerja. Pengaturan ini berdasarkan status pengguna jalan (pegawai, anak sekolah, dan wiraswasta), wilayah (jumlah penduduknya) dan kondisi pemukiman.



Memang sebelummnya perlu dilakukan survey dulu sebelum membuat Peraturan Daerah seperti itu sebagai dasar pemikiran yang kuat. Peran Kepolisian di sini sangat penting sekali sebagai optimalisasi peraturan ini. Baik itu pada saat sosialisasi atau saat peraturannya resmi berjalan agar para pelanggar lalu lintas bisa langsung ditindak. Tentu saja dengan menambah jumlah personil kepolisian yang bertugas, terutama pada jam sibuk. Sehingga peraturan daerah bisa diterapkan, karena memiliki law enforcement yang kuat.